freeheartfarm.com – Protes alih fungsi lahan teh yang dilakukan oleh sejumlah petani kebun teh binaan PTPN di Pangalengan, Bandung, dimana mereka menolak lahan yang diubah menjadi perkebunan sayuran yang telah merusak puluhan hektar.
Kronologi Kerusakan Lahan
Kelompok tidak dikenal telah menggunduli kebun teh sejak beberapa waktu lalu. Video perusakan sempat viral di media sosial. Petani menyatakan sekitar 100 hektar lahan teh kini berubah menjadi kebun wortel dan kentang.
“Baca juga : Warren Buffett: Hindari 5 Barang Ini Biar Cepat Kaya”
Wildan Awaludin, warga setempat, mengaku ayahnya kehilangan pekerjaan sebagai mandor. “Mereka membabat teh karena disuruh dan dibayar,” ujarnya. Banyak pemetik teh kehilangan mata pencaharian akibat perubahan ini.
Reaksi Emosional Petani
Aksi protes memuncak ketika 400 petani membakar saung-saung di lahan. Saung tersebut biasa dipakai kelompok penggundul untuk beristirahat. Plt Camat Pangalengan Vena Andriawan membenarkan insiden ini.
“Petani marah melihat kebun teh berubah jadi kebun sayur,” kata Vena. PTPN mengaku kesulitan menjaga lahan seluas 6.000 hektar. Personel terbatas membuat pengawasan tidak maksimal.
Penyelidikan Berlangsung
Kapolsek Pangalengan AKP Edi Permana menyatakan penyelidikan sedang berjalan. “Kami mendalami kasus alih fungsi ilegal ini,” ujarnya. Polisi mencatat adanya pembakaran saung dan pencabutan tanaman sayur selama protes.
PTPN dan pemerintah daerah berencana melakukan penghijauan kembali. Mereka juga akan menindak pelaku perusakan. Koordinasi dengan kejaksaan sedang dipersiapkan untuk proses hukum.
Dampak Jangka Panjang
Perubahan lahan telah berlangsung selama 1-2 tahun terakhir. Skala kerusakan kali ini yang terbesar. Petani khawatir alih fungsi akan terus meluas jika tidak dihentikan.
Pemerintah setempat berjanji mencari solusi terbaik. Mereka akan mempertimbangkan nasib ratusan pekerja kebun teh. Keseimbangan antara pelestarian teh dan kebutuhan ekonomi warga menjadi tantangan utama.
“Baca juga : Beli BBM di Jakarta Kena Pajak 10%, Ini Aturannya”
Krisis ini menunjukkan kompleksitas pengelolaan lahan perkebunan. Kepentingan ekonomi jangka pendek kerap berbenturan dengan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pekerjaan.