freeheartfarm.com – Eksekusi Tembak Mati Pertama di Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir. Eksekusi tersebut menargetkan Brad Sigmon (67), seorang terpidana yang dihukum mati karena membunuh orangtua pacarnya. Proses eksekusi dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Broad River, Columbia, Carolina Selatan, pada 2025. Ini menandai kembalinya hukuman mati menggunakan regu tembak setelah sekian lama tidak diterapkan.
“baca juga : Royal Alloy GT2 Series: Spesifikasi dan Harga Terbaru”
Sigmon dihukum mati atas perbuatannya memukuli William dan Gladys Larke, orangtua pacarnya, pada tahun 2001. Ia menggunakan tongkat baseball untuk menganiaya korban di kediaman mereka di Taylors. Akibat perbuatannya, Sigmon dijatuhi hukuman mati. Dalam sejarah eksekusi di AS, Sigmon menjadi orang tertua yang menjalani hukuman mati. Ia memilih metode tembak mati karena dianggap lebih cepat dan kurang menyakitkan dibandingkan dua opsi lain, yaitu kursi listrik dan suntikan mematikan.
Tembak dan suntikan
Sigmon sendiri menyatakan bahwa ia lebih memilih tembak mati karena suntikan mematikan seringkali memakan waktu lama dan lebih menyiksa. Pengacara Sigmon, Gerald “Bo” King, mengungkapkan bahwa eksekusi menggunakan suntikan mematikan terkadang berlangsung selama 20 menit hingga terpidana meninggal. Sementara itu, tembak mati dianggap sebagai pilihan yang lebih cepat, karena peluru akan menghancurkan organ vital seperti jantung dan tulang dada.
Eksekusi tembak mati dilakukan oleh regu tembak yang terdiri dari tiga orang algojo. Masing-masing algojo menembakkan peluru tajam pada Sigmon dari jarak sekitar 4,5 meter. Tembakan dilakukan dengan tujuan untuk langsung menghancurkan organ vital agar menyebabkan kematian secepat mungkin. Sebelum dieksekusi, Sigmon diberikan makanan sesuai permintaannya. Ia juga mengenakan pakaian terusan hitam, dengan kepala tertutup tudung dan lengan terbuka.
Sejak diterapkan pada tahun 1976, hukuman mati di AS telah mengalami berbagai perubahan metode. Sebagian besar eksekusi dilakukan dengan suntikan mematikan, yang dianggap lebih manusiawi. Namun, suntikan mematikan sering kali mengalami kegagalan teknis. Masalah tersebut termasuk kesulitan menemukan pembuluh darah dan obat-obatan yang diperlukan untuk eksekusi. Beberapa negara juga menghadapi kendala dalam mendapatkan obat suntikan mematikan karena larangan ekspor dari Uni Eropa.
“Baca juga : Perbandingan 5G dan 6G: Perbedaan dan Inovasi Masa Depan”
Meskipun banyak pihak yang mengkritik penggunaan suntikan mematikan, metode ini tetap digunakan dalam sebagian besar eksekusi di AS. Namun, eksekusi tembak mati seperti yang dilakukan terhadap Sigmon kembali menimbulkan perdebatan terkait efektivitas dan kemanusiaan hukuman mati di negara tersebut.