Katedral Bawah Tanah Tokyo: Solusi Jepang Atasi Banjir

Katedral Bawah Tanah Tokyo: Solusi Jepang Atasi Banjir

freeheartfarm.com – Katedral bawah tanah yang dibangun oleh pemerintah jepang bertujuan untuk mengatasi banjir akibat hujan deras dan topan. Dibangunnya Saluran Pembuangan Bawah Tanah Luar Wilayah Metropolitan (MAOUDC) yang berfungsi menampung luapan air dari sungai-sungai kecil dan sedang. Salah satu bagian paling menarik dari sistem ini adalah Katedral Bawah Tanah, sebuah ruang besar yang dirancang untuk menampung air banjir.

“Baca juga : Rekomendasi Parfum Non-Alkohol Paling Wangi dan Tahan Lama”

Saluran pembuangan ini terletak di Kasukabe-shi, Prefektur Saitama, Jepang. Dengan panjang terowongan mencapai 6,3 km, sistem ini didukung oleh puluhan pilar seberat 500 ton untuk menyangga langit-langit. Pembangunan sistem ini dimulai setelah bencana banjir besar yang disebabkan oleh Topan Kathleen pada 1947, yang menghancurkan banyak rumah dan menewaskan lebih dari seribu orang.

Setelah peristiwa tersebut, pemerintah Jepang berkomitmen untuk mengurangi risiko banjir. Mereka menginvestasikan sebagian besar anggaran negara pada pembangunan infrastruktur anti-banjir, termasuk bendungan dan tanggul. Pada tahun 2006, proyek Saluran Pembuangan Bawah Tanah Luar Wilayah Metropolitan selesai setelah 13 tahun pengerjaan dan biaya sekitar 1,8 miliar dollar AS.

Sistem ini bekerja dengan cara menampung luapan air yang mengalir ke terowongan besar berdiameter 30 meter dan kedalaman 70 meter. Air tersebut kemudian dialirkan melalui terowongan bawah tanah berdiameter 10 meter yang mengarah ke Katedral Bawah Tanah. Katedral ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum air dipompa ke Sungai Edogawa dan akhirnya menuju Teluk Tokyo.

Berbenah diri

Sistem ini dilengkapi dengan empat pompa besar yang dapat memompa 50 meter kubik air per detik. Pompa tersebut menggunakan komponen pesawat yang dimodifikasi dan menghasilkan daya hingga 14.000 tenaga kuda. Dengan teknologi ini, Saluran Pembuangan Bawah Tanah Luar Wilayah Metropolitan berhasil mengurangi kerugian ekonomi akibat banjir yang diperkirakan mencapai 148,8 miliar yen selama 18 tahun pertama operasinya.

Namun, meskipun telah beroperasi dengan baik, sistem ini mengalami kesulitan mengatasi hujan ekstrem yang semakin sering terjadi akibat pemanasan global. Pada Juni 2023, topan yang membawa curah hujan lebih dari 100 mm per jam menyebabkan kegagalan sistem. Akibatnya, lebih dari 4.000 rumah terendam banjir.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Jepang menggelontorkan dana sebesar 37,3 miliar yen untuk memperkuat tanggul dan saluran air. Mereka juga merencanakan proyek baru yang lebih dekat dengan pusat kota Tokyo untuk meningkatkan kapasitas sistem. Proyek ini diharapkan selesai pada 2027 dan akan membantu mengalirkan air banjir lebih efektif ke Teluk Tokyo.

“Baca juga : Socolatte: Cokelat Pidie Jaya Sukses Menembus Pasar Ekspor”

Inovasi ini menunjukkan betapa seriusnya Jepang dalam menghadapi ancaman banjir dan dampak perubahan iklim. Pembangunan sistem Saluran Pembuangan Bawah Tanah Luar Wilayah Metropolitan menjadi bukti komitmen Jepang untuk melindungi warganya dan memastikan keamanan kota dari bencana banjir.